Network
Klikseleb.com - Rachel Vennya menjadi sorotan tajam pasca kabur dari karantina kesehatan.
Tak hanya ulahnya yang menjadi buah bibir, namun juga tarif endorse Rachel Vennya yang jadi bahan pembicaraan.
Di media sosial, beredar poster yang berisi beragam tarif endorse Rachel Vennya.
Ada yang Rp45 juta bahkan yang termahal mencapai Rp150 juta.
Untuk tarif Rp45 juta, Rachel Vennya mempromosikan produk melalui unggahan foto di feed Instagram.
Lalu tarif termahal Rp150 juta untuk konten di kanal YouTube.
Namun belakangan Instagram Rachel Vennya sepi dari kegiatan promosi.
Diduga dampak dari kabur dari karantina kesehatan, Rachel Vennya alami kerugian karena kehilangan pekerjaan.
Baca Juga: Rachel Vennya Terima Uang untuk Biaya Karantina dari Erigo? Kenyataannya Malah Kabur
Berdasarkan pantauan klikseleb.com sejak Selasa, 19 Oktober 2021, Instagram Rachel Vennya sepi dari kegiatan endorse.
Biasanya ia selalu unggah promosi barang dari sejumlah toko online, dan tarif endorse Rachel lumayan mahal.
Namun saat ini tak ada satupun barang yang dipromosikan Rachel Vennya, buntut dari kasus yang membelitnya yang menjadi sorotan tajam
Terakhir, Rachel Vennya unggah foto memakai batik dan menandai akun @_batique_ di Instagram-nya.
Baca Juga: Hamil Anak Kedua Cuma Naik 11 Kg, Ternyata Nagita Slavina Tak Suka Makanan Ini
"Betul, aku pulang dari Amerika dan aku nggak menjalani karantina seperti yang seharusnya pemerintah anjurkan," kata Rachel Vennya sebagaimana dikutip dari kanal YouTube BW pada Minggu, 18 Oktober 2021.
"Alasan aku itu karena aku pengen ketemu sama anak-anak, tapi itu bukan alasan yang tepat," tuturnya.
"Perlakuan aku ini salah dan nggak ada pembenaran sama sekali, alasan aku juga nggak bisa dibenarkan sama sekali, alasan aku juga nggak bisa diterima," ujar Rachel.
Rachel pun mengaku saat itu dirinya 'kalap' dan tak berpikir panjang sampai membuat dia melakukan hal yang tak semestinya dilakukan.
"Aku minta maaf apapun alasannya, mau alasan aku bilang aku memang kangen sama anak-anak aku nggak mau itu dijadikan sebagai suatu pembenaran, tapi kenyataannya saat itu memang seperti itu," ujarnya.***
