Demo Bisa Tingkatkan Penyebaran Covid-19, dr. Tirta: PSBB Jakarta Nggak Ada Artinya, Dicabut Saja

- 9 Oktober 2020, 10:23 WIB
dr. Tirta sayangkan Omnibus Law disahkan di tengah pandemi
dr. Tirta sayangkan Omnibus Law disahkan di tengah pandemi /

Klikseleb.com - Aksi demo menolak Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja yang terjadi di berbagai daerah diwarnai kericuhan dan kekerasan.

Semakin besar massa aksi, semakin tinggi risiko terjadinya bentrok dan tidak dapat dihindari akan jatuhnya korban baik dari mahasiswa maupun polisi.

Hanya di Jakarta saja, setidaknya tercatat 254 mahasiswa dan 39 anggota polisi terluka.

Baca Juga: Ussy Sulistiawaty Donorkan ASI Untuk Bayi Rachel Maryam

Baca Juga: RAN Kembali Berduka! Setelah Ayah Nino Meninggal Dunia, Kini Ibunda Rayi Tiada

Di tengah pandemi saat ini, banyaknya orang yang berkumpul tidak hanya berisiko terjadinya kerusuhan, tapi juga penularan wabah Covid-19.

Banyaknya aksi demo yang terjadi, tak luput dari sorotan dr. Tirta sebagai influencer dan relawan Covid-19. Ia mengomentari aksi demo yang terjadi buntut dari disahkannya RUU Cipta Kerja beberapa waktu lalu.

Pria bernama lengkap Tirta Mandira Hudhi itu menanggapi potensi penyebaran virus corona baru (Covid-19) dan juga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta.

Pernyataannya disampaikan melalui akun Instagram @dr.tirta pada Kamis malam, 8 Oktober 2020 kemarin.

Menurut dr. Tirta, demonstrasi tak akan terjadi jika UU Cipta Kerja dikomunikasikan dengan baik ke publik.

Baca Juga: Serial Emily in Paris, Contek Gaya Berpakaian Emily Yang Chic Ini

"Urgensi kita kan mengatasi pandemi. Kan lucu aja. Buat kebijakan yang potensi ricuh pas pandemi," tulisnya dikutip dari Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "Sebut PSBB DKI Jakarta Tak Ada Artinya, dr. Tirta: Harusnya Cabut Aja, Percuma".

Dirinya juga meyakini adanya oknum yang memiliki kepentingan tertentu dalam demonstrasi tersebut.

"Mungkin niatnya biar demo enggak ada. Eh tapi Demo tetap terjadi, entah siapa aja deh yang demo. Banyak banget pihak yang terlibat. Dan pasti ane yakin ada 'oknum' pemain besar juga yang bermaen. Dah enggak bisa dibedakan," lanjutnya.

Baca Juga: Pernah Alami Kekerasan Fisik dan Mental, Paris Hilton Tuangkan Dalam

Lebih lanjut dr. Tirta mengatakan bahwa kehuru-haraan bisa sangat rentan lantaran banyak demonstran yang terpancing aksi para provokator.

Sehingga, pada akhirnya terjadi gesekan antara pihak aparat yang mengamankan dengan para demonstran.

"Kerusuhan tentu rentan terjadi, karena banyak provokator yang menyusup dan kalo banyak massa, tentu sulit dibedakan. Polisi juga mau enggak mau berkerumun kan? Karena sudah tugasnya ya gitu. Akhirnya benturan lagi," sambungnya.

Dirinya kemudian menyayangkan keputusan DPR RI yang dinilai terburu-buru dalam mengesahkan RUU Cipta Kerja, dan memicu aksi demo di daerah-daerah yang notabene riskan akan penyebaran Covid-19.

"Sudah tahu potensinya begini, jadi harusnya tahu banyak pihak akan terpancing demo. Dan bukan di Jakarta doang, tapi Jogja, Bali, Surabaya, Bandung, Palu, Lampung, Malang. Semuanya daerah redzone Covid-19," tambahnya.

Dirinya juga mempertanyakan bagaimana jika pada akhirnya tak adanya penyebaran Covid-19 di antara para demonstran usai aksi tersebut.

Baca Juga: Tak Disangka, Ari Wibowo Pernah Ditangkap Polisi Karena Dituduh Nyolong Duit

"Sekarang, Kalo ternyata setelah demo, enggak ada yang Covid? Hayoloh. Yang ada malah membuat edukasi 3M yang dibangun selama 7 bulan enggak efektif," jelasnya.

Menurutnya, terdapat dua kemungkinan yakni mempercepat herd immunity di antara demonstran, atau justru menimbulkan gelombang penyebaran baru.

Lalu jika kemungkinan aksi demo malah menimbulkan penyebaran Covid-19, dirinya menuturkan bahwa tenaga kesehatan lah yang akan merugi.

"Nah Kalo nanti malah jadi klaster covid? Ya yang rugi Nakes rugi semua. Tapi mau nyalahin siapa? Ada api ada asap. Logika," tulisnya.

Dr. Tirta pun merujuk pada demonstrasi Black Lives Matter terkait tindakan rasis kepada warga Amerika-Afrika yang juga terjadi saat kasus Covid-19 sedang melonjak.

Baca Juga: Tragis, Demi Konten TikTok Rela Pura-Pura Diculik Namun Justru Tewas Tertembak

Pria berusia 29 tahun itu kemudian menegaskan bahwa komunikasi yang baik kepada publik adalah hal yang sangat penting.

"Sekarang kita tahu pentingnya komunikasi publik. Apapun kebijakannya, komunikasikan dulu sebelum disahkan jika potensi ricuh," sambungnya.

Ia pun menganggap bahwa PSBB di DKI Jakarta sia-sia karena maraknya aksi demo.

"Sekarang PSBB Jakarta kaya enggak ada artinya, harusnya sudah dicabut aja. Percuma PSBB, wong wis demo dimana-mana," tambah dr. Tirta.***

Editor: Vina


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah