Sarwo Edhie Wibowo, Pejuang Penumpas PKI. Kisahnya Diceritakan Sang Cucu : Agus Harimurti Yudhoyono

1 Oktober 2020, 17:22 WIB
Sarwo Edhie Wibowo /Twitter/@agusyudhoyono/

Klikseleb.com- Salah satu tokoh militer Tanah Air yang namanya disebut di Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober ini ada Sarwo Edhie Wibowo.

Setelah terjadi pemberontakan G30S/PKI pada 30 September di tahun 1965 itu, pemerinta kala itu langsung membuat misi pemberantasan Partai Komunis Indonesia yang merupakan dalang dibelakang pemberontakan tersebut.

Sarwo Edhi Wibowo merupakan salah satu pejuang penumpas PKI.

Beliau berperan cukup besar dalam menangani pemberontakan G30S/PKI.

Saat itu Sarwo Edhie menjabat sebagai panglima RPKAD yang kini berubah nama menjadi Kopassus.

Baca Juga: Garuda Pancasila, Akrab di Mata dan Telinga Namun Apa Sudah Paham Makna dan Arti Lambang Negara Ini?

Baca Juga: Makna Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober

Dilansir dari Pikiran-rakyat.com, Sarwo Edhie menjadi Komandan RPKAD Gerakan 30 September dan sempat dikunjungi oleh Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa untuk bergabung dalam pemberontakan tersebut. Namun ia menolak.

Sarwo Edhie kemudian diperintahkan oleh Soeharto sebagai Panglima Kostrad untuk merebut RRI (Radio Republik Indonesia) pusat dari tangan PKI.

Selain peran Sarwo Edhie yang cukup besar dalam penumpasan G30S PKI, sosoknya pun dikagumi oleh sang cucu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Sarwo Edhie sendiri merupakan ayah dari ibu negara Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Kristiani Herrawati atau dikenal pula sebagai Ani Yudhoyono.

Melalui akun Twitter @AgusYudhoyono yang diunggah pada Rabu, 30 September terdapat kisah singkat mengenai kakeknya tersebut.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji BPJS Tahap 5 Sudah Cair Hari Ini, Belum Terima? Lapor Disini

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 11, Akan Dibuka? Simak Disini

"Saya ingat waktu kecil, orang-orang di kompleks Cijantung mengenal saya sebagai Cucunya Pak Ageng (SEW). Kata mereka: Pak Ageng itu Penumpas PKI," tulisnya.

Tak jarang Agus pun mendapat cerita langsung dari Sarwo Edhie Wibowo mengenai situasi mencekam saat Gerakan 30 September terjadi.

"Masih lekat dalam ingatan saya bagamana beliau bercerita tentang mencekamnya situasi #G30SPKI itu," lanjutnya.

Berdasarkan keterangan AHY, benturan ideologi yang terjadi pada pemberontakan G30S memakan nyawa sejumlah orang di Indonesia.

"Benturan ideologi telah memakan korban anak bangsa sendiri. 30 September adalah satu dari banyak catatan sejarah bagamana Pancasila dipertahankan dengan keringat, air mata dan nyawa," tulisnya.

AHY menambahkan, upaya untuk melakukan rekonsiliasi atau pencocokan data terkait kejadian besar itu telah dilakukan oleh presiden Indonesia sebelumnya.

"Waktu terus berputar. Rekonsiliasi Nasional dipandang sebagai salah satu langkah untuk merajut sejarah bangsa. Upaya itu sudah ada sejak era Presiden Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Jokowi. Tetapi memang tidak mudah, jika meletakkan rekonsiliasi pada satu catatan sejarah saja," tulis AHY.

Baca Juga: PENTING! Token Listrik Gratis dari PLN Sudah Bisa Diklaim, Bisa Lewat Whatsapp, Simak Caranya

Baca Juga: Pierre Tendean, Ajudan Tampan yang Gugur Karena Melindungi Jenderal Nasution dari PKI

Baca Juga: Apakah Propaganda? Simak Fakta Tentang Film Pengkhianatan G30S PKI

Menurutnya, kini rekonsiliasi harus dilakukan oleh semua elemen yang ada di Indonesia.

"Rekonsiliasi harus menjadi kehendak seluruh elemen bangsa. Termasuk para keluarga Ulama, aktivis dan masyarakat kita yang menjadi korban ketidakadilan dalam lintasan sejarah bangsa. #BersamaKitaKuatBersatuKitaBangkit," pungkasnya.

Saya ingat waktu kecil, orang-orang di kompleks Cijantung mengenal saya sbg Cucunya Pak Ageng (SEW). Kata mereka: Pak Ageng itu Penumpas PKI pic.twitter.com/90sH8TANMh— Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (@AgusYudhoyono) September 30, 2020

***

Editor: Tasia

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler