Tsunami 20 Meter Dikabarkan Akan Menerjang, BMKG Kritisi Komunikasi Sains Yang Meresahkan Masyarakat

- 28 September 2020, 05:00 WIB
Ilustrasi terjadinya Tsunami
Ilustrasi terjadinya Tsunami //

Klikseleb.com- Tsunami adalah bencana alam yang sempat meluluh lantahkan beberapa wilayah di Indonesia sepanjang beberapa bedecade ini.

Beberapa daerah tersebut adalah Aceh, Pangandaran, Pandeglang, dan daerah-daerah sekitarnya.

Belum lama ini sebuah riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia perlu waspada akan bahaya tsunami setinggi 20 meter yang mungkin akan menerjang Pulau Jawa.

Namun muncul kembali riset yang menyebutkan bahwa potensi tsunami tinggi tidak hanya muncul di sepanjang Pantai Selatan Jawa.

Tentu saja hal ini membuat masyarakat Indonesia resah.

Dilansir dari Pikiran-rakyat.com, ancaman bencana tsunami bisa terjadi di sepanjang zona subduksi yang memanjang dari Pantai Barat Sumatra, JawaBaliMaluku, Sulawesi, dan berakhir di Papua.

Baca Juga: BAHAYA! Gempa Megathrust dan Tsunami Setinggi 20 Meter Bisa Terjadi Dalam Waktu Dekat

Hal ini turut mengundang tanggapan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), melalui Kepala Bidang (Kabid) Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono.

Ia mengapresiasi hasil kajian ilmiah itu, namun lantas menegaskan hingga saat ini belum ada  teknologi yang bisa melaporkan secara akurat kapan dan kuat guncangan gempa.

BMKG melalui akun media sosial Instagram resminya menyinggung, pentingnya perbaikan komunikasi sains, untuk meredam keresahan masyarakat.

eperti diketahui, Guru Besar Seismolog ITB, Prof. Sri Widiyantoro, Ph. D menyatakan riset yang sempat dilakukannya menguak ancaman tsunami sampai 20 meter di Pantai Selatan Jawa Barat dan 12 meter di Pantai Selatan Jawa Timur.

Baca Juga: Cek Nama di Sini! BLT Subsidi Gaji BPJS Ketenagakerjaan Tahap 5 Rp 3 T ke 2 Juta Pekerja

Tsunami besar ini akan muncul di wilayah seismic gap atau yang jarang mengalami gempa tektonik di sepanjang zona subduksi.

Masalahnya, zona subduksi tidak hanya ada di Pantai Selatan Jawa, tetapi memanjang dari Sumatra hingga Papua.

BMKG ,engapresiasi hasil riset para Ahli dari ITB tersebut. Hal itu disampaikan oleh Rahmat Triyono (Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG). 

 Baca Juga: WASPADA! Fenomena Gunung Salak Terbelah

“Kami apresiasi hasil riset tersebut. Para peneliti mengedukasi perihal adanya ancaman kepada masyarakat. Ancaman itu terjadi atau tidak, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat kapan terjadinya. Namun adanya potensi itu memang betul,” kata Rahmat Triyono seperti Pikiran-rakyat.com kutip dari Instagram @infobmkg, Minggu, 27 September 2020.

Potensi gempa magnitudo (M) 9,1 yang dapat memicu tsunami hingga 20 meter yang dimodelkan oleh ahli ITB tersebut, lanjut keterangan di salah satu unggahan tersebut, adalah skenario terburuk dari Zona Gempa Megathrust.

Skenario terburuk adalah skenario terbaik untuk upaya mitigasi. Jangan sampai mitigasi yang disiapkan berdasarkan skenario dengan potensi ancaman paling kecil. 

Justru nanti malah tidak siap jika skenario terburuk benar-benar terjadi.

Perlu diingat bahwa Potensi gempa bumi yang dapat memicu tsunami dari zona megathrust ini bukan hanya di Selatan Jawa, namun di seluruh Zona Megathrust dari Barat Sumatera hingga Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. 

Bahkan pada daerah Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina dan Subduksi Utara Papua.

Kepala Bidang Mitigasi gempa bumi dan Tsunami BMKG , Daryono, kemudian menyarankan upaya mitigasi dalam meminimalkan risiko kerugian, baik ekonomi, maupun keselamatan jiwa.

“Meskipun Kajian Ilmiah dan permodelan dapat menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust, pada kenyataannya hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi,” ujar dia.

Pernyataan resmi BMKG melalui Instagram selanjutnya berbunyi, “Informasi potensi gempa kuat di Zona Megathrust seperti ini memang rentang memicu keresahan akibat salah pengertian.” 

“Masyarakat lebih tertarik membahas kemungkinan dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan.”

“Kecemasan publik akibat informasi potensi gempa megathrust Selatan Jawa muncul akibat salah paham. Para ahli menciptakan model potensi bencana, yang tujuannya untuk acuan mitigasi.”

 “Tetapi masyarakat memahaminya seolah akan terjadi bencana besar dalam waktu dekat. Masalah KOMUNIKASI SAINS ini harus diperbaiki.”

Daryono pun memberikan pernyataan lengkap mengenai masalah komunikasi sains yang dimaksud.

"Pakar mencipta model potensi bencana, tujuan untuk acuan mitigasi. Tapi masyarakat memahaminya seolah itu akan terjadi besok pagi. Itulah masalah dalam sains komunikasi," katanya melalui Twitter @DaryonoBMKG, Minggu pagi.***

Editor: Tasia

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x