Aneh! WHO Malah Tidak Anjurkan Lockdown, Apa Alasannya?

- 13 Oktober 2020, 19:42 WIB
ILUSTRASI Lockdown Covid-19. Kantor PN Medan di-lockdown setelag 38 hakim dan pegawai positif Covid-19.(pixabay)
ILUSTRASI Lockdown Covid-19. Kantor PN Medan di-lockdown setelag 38 hakim dan pegawai positif Covid-19.(pixabay) /

Klikseleb.com- Corona, virus asal Wuhan, China ini telah membuat dunia lumpuh.

Merebak sejak akhir tahun 2019, tidak hanya di China namun dengan cepat virus corona ini menyebar ke seluruh dunia.

Pandemi covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia membuat WHO dan pemerintah semua negara segera membuat protokol kesehatan.

Protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak pun menjadi suatu kewajiban bagi semua wargaya, bahkan ada negara yang menerapkan sanksi bagi yang tidak mematuhi protokol kesehatan tersebut.

Selain protokol kesehatan yang ditetapkan WHO dan diikuti semua negara, kebijakan lockdown juga diambil demi menurunkan angka kasus positid covid-19.

Dengan lockdown, maka interaksi antar manusia pun berkurang sehingga berharap dapat menurunkan penyebran virus corona.

Namun lockdown membawa dampak buruk bagi perekonomian suatu negara.

Baca Juga: Satu Jam Lagi! Link Live Streaming TV One, Saksikan ILC Bahas Penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja

Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Umat Muslim, Ibadah Umrah dan Haji Sudah Dibuka Oleh Kementrian Agama

Beberapa negara yang melakukan lockdown, menyatakan resesi ekonomi.

Dilansir dari Zona Jakarta dalam artikel “Banyak Negara Ramai-ramai Lockdown Diawal Pandemi, WHO Justru Tidak Menganjurkan Hal Tersebut”, seorang pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. David Nabarro, meminta para pemimpin negara untuk tidak sembarangan menerapkan penguncian wilayah (lockdown) dalam menghadapi pandemi virus corona karena dinilai berdampak negatif terhadap perekonomian.

Menurut dia, lockdown seharusnya menjadi pilihan terakhir untuk menghadapi pandemi jika cara lain dinilai tidak ampuh.

"Kami di WHO tidak menganjurkan lockdown sebagai upaya utama untuk mengendalikan penyebaran virus," kata Nabarro dalam wawancara dengan majalah The Spectator, seperti dikutip New York Post, Senin (12/10/2020).

"Lockdown bisa dilakukan guna memberi kita waktu untuk melakukan mengatur kembali organisasi, penguatan kelompok, menyeimbangkan sumber daya dan melindungi para tenaga medis yang kelelahan, tetapi secara garis besar, kami memilih untuk tidak melakukannya," ujar Nabarro.

Menurut Nabarro, pembatasan secara ketat akan membawa dampak buruk terutama terhadap perekonomian dunia."Lockdown hanya membawa satu dampak yang tidak boleh dikesampingkan, dan hal itu membuat masyarakat miskin semakin melarat," ujar Nabarro.

Selain itu, kata Nabarro, lockdown juga akan berdampak negatif terhadap negara yang menumpukan perekonomian mereka dari sektor pariwisata.

 Baca Juga: Teka Teki Harga Vaksin Covid-19, Bio Farma Akhirnya Buka Suara

Baca Juga: Merger Tiga Bank Syariah, Diharapkan Meningkatkan Perekonomian Indonesia

"Coba lihat apa yang terjadi terhadap industri pariwisata di Karibia, atau Pasifik hanya karena orang-orang memilih tidak berlibur," kata dia.

"Lihat juga apa yang terjadi terhadap petani skala kecil di seluruh dunia. Apa yang terjadi terhadap tingkat kemiskinan. Nampaknya kita malah meningkatkan tingkat kemiskinan dunia tahun depan. Bahkan mungkin kita juga meningkatkan tingkat gizi buruk anak-anak," lanjut Nabarro.

Pernyataan Nabarro justru berbanding terbalik dengan saran Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang menyarankan supaya negara-negara tidak terburu-buru melonggarkan pembatasan.

"Hal terakhir yang harus dilakukan negara-negara adalah membuka sekolah dan kegiatan niaga, tetapi malah ditutup lagi karena lonjakan kasus," ujar Tedros.

Baca Juga: Kabar Gembira! KSAL Yudo Margono: Relawan Covid-19 Siap Direkrut Menjadi Prajurit TNI AL

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Film Punisher: War Zone, Sutradaranya Ternyata Keturunan Palestina

Dia juga menyarankan supaya negara-negara semakin gencar melakukan pemeriksaan dan penelusuran kontak, supaya mereka bisa mempunyai pijakan data yang kuat untuk memutuskan kapan akan membuka kembali kegiatan perdagangan dan mengakhiri lockdown***

Editor: Tasia

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x