Bayang-bayang Penularan Covid-19 di Tengah Pesta Demokrasi, Tim Medis Mencak-mencak

- 26 September 2020, 11:22 WIB
/

Klikseleb - Pandemi Covid-19 belum diketahui kapan akan berakhir, angka penularan virus masih cukup tinggi di beberapa daerah.

Meski demikian, tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 yang sebelumnya sempat tertunda karena wabah Covid-19 sudah diputuskan kembali dilanjutkan.

Pelaksanaan Pilkada 2020 di tengah pandemi membuat banyak pihak khawatir akan terjadinya penularan Covid-19 yang disebabkan oleh berkumpulnya massa saat pelaksanaan agenda Pilkada.

Baca Juga: Indonesia Masuk Jurang Resesi, Nilai Tukar Rupiah Semakin Mengkhawatirkan

Baca Juga: BLACKPINK dan PUBG Resmi Kolaborasi, Lagu How You Like That Jadi Latar Musik

Desakan untuk menunda pelaksanaan Pilkada membahana di ruang publik, berbagai pihak mengeluarkan pernyataan untuk menunda Pilkada mulai dari Mantan Wapres, Ketum NU dan Ketum Muhammadiyah. Semua beralasan tentang risiko penularan Covid-19 bila Pilkada tetap dilaksanakan.

Tidak hanya petinggi negara maupun ormas besar, bahkan permohonan penundaan Pilkada juga terdengar dari kalangan medis. Para dokter dan perawat khawatir kasus baru penularan Covid-19 akan kian melonjak jika Pilkada tetap nekat digelar.

Padahal, penambahan kasus Corona dalam waktu satu hari bisa mencapai 4 ribuan. Demikian kabar yang dikutip Klikselep dari laman Pikiran Rakyat dalam artikel berjudul "Pilkada Nekat Digelar, Dokter dan Perawat Berteriak, 'Kewalahan, Angkat Tangan, RS Gak Bisa Nampung'".

Kalau sampai kasus Corona nambah terus dan lebih tinggi, para dokter dan perawat takut rumah sakit enggak bisa nampung lagi.

Dokter dan perawat tak bisa merawat pasien karena kewalahan.

Baca Juga: Ojek Online Executive Class, Naik Motor Bisa Nonton TV dan Ngemil Permen


Kalau sampai hal ini terjadi, jangan salahkan dokter dan perawat jika mereka angkat tangan, karena tak bisa menangani pasien.

Kekhawatiran para tenaga kesehatan itu memang beralasan. Kasus Corona di Indonesia terus bertambah.

Penambahannya pun kian mengkhawatirkan. Dalam sepekan terakhir, empat kali memecahkan rekor di angka 4.000-an lebih.

Kemarin, kasus baru Corona kembali menembus rekor tertinggi.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 ada penambahan 4.634 kasus.

Dengan penambahan itu, total kasus Corona mencapai 262.022 orang.

Baca Juga: Tips Berhijab Simple dan Fashionable Ala Model Mega Melianty

191.853 pasien dinyatakan sembuh dan 10.105 pasien meninggal dunia.

Jumlah pasien yang meninggal pun makin mengkhawatirkan. dalam dua pekan terakhir, rata-rata 117 pasien meninggal per hari.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikayan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih, benar-benar khawatir melihat perkembangan kasus Corona yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Kekhawatirannya kian bertambah lantaran pemerintah memutuskan untuk tetap menggelar Pilkada, Desember nanti.

Kekhawatiran dia bukan tanpa alasan. Kata dia, Pilkada serentak nanti akan memicu ledakan kasus Corona.

Baca Juga: Sandra Dewi Artis Terkenal, Harvey Moeis Sempat Menolak Sebelum Menikah

Soalnya digelar dalam kondisi pandemi yang angka penularan dan kematiannya masih tinggi.

Kalau terjadi lonjakan, dokter dan nakes yang akan menanggung bebannya.

Sementara dalam hitung-hitungannya, kalau terjadi lonjakan yang hebat akibat Pilkada, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan tak akan tercukupi untuk menanggulangi itu.

“Itu yang jadi kekhawatiran kita,” kata Daeng dalam diskusi bertajuk “Dilema Pilkada 2020 di Tengah Covid-19” yang digelar virtual, kemarin.

Saat ini saja, kapasitas pelayanan masih perlu ditambah seiring terus bertambahnya kasus Corona.

“Kalau tidak ditambah, banyak saudara kita yang tidak mendapatkan tempat tidur,” katanya.

Karena itu, Faqih meminta, pemerintah dan penyelenggara pemilu memastikan agar tidak ada lonjakan kasus akibat Pilkada.

Ia minta KPU membuat skenario dan simulasi yang terukur agar tahapan pilkada ke depannya bisa berjalan sesuai protokol kesehatan yang ketat.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyampaikan kekhawatiran serupa.

Ketua umum PPNI, Harif Fadillah mengatakan, Kerumunan selama kampanye dan pemilihan akan menjadi salah satu sarana penyebaran Corona.

“Ledakan kasus itu dapat menambah beban para tenaga kesehatan yang sudah berjuang hampir tujuh bulan,” kata Harif, kemarin.

Selama lebih dari setengah tahun melawan pandemi, Harif mengatakan, sudah 85 perawat yang meninggal karena Corona. Sementara jumlah yang terpapar lebih banyak lagi.

Dari empat provinsi yang sudah melapor, tercatat ada 3.019 perawat yang positif Corona.

Baca Juga: Tak Hanya Febri Diansyah, Tercatat Sudah 37 Pegawai Pamit dari KPK

Paling banyak Jakarta, disusul Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bali. Jumlah tersebut belum termasuk dari provinsi lain.

Jubir Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengakui, penambahan kasus positif Corona masih cukup tinggi.

Salah satunya disebabkan karena rangkaian Pilkada 2020.

Wiku kecewa masih ada calon kepala daerah yang menggelar acara yang mendatangkan kerumunan. Akibatnya kasus penularan bertambah.

“Sudah sepatutnya calon pemimpin yang dipilih oleh rakyat dapat melindungi rakyatnya,” kata Wiku dalam konferensi pers dari Istana Kepresidenan, Jakarta.

Epidemiolog Universitas Indonesia, dr. Syahrizal Syarif mengatakan, kekhawatiran para dokter ini memang beralasan.

Dia memprediksi, jika kasus harian di angka 3 ribu per hari, jumlah kasus positif pada Desember nanti akan bertambah 300 ribu kasus.

“Artinya Desember nanti kasus kita sudah 500 ribu,” kata Syahrizal seperti dikutip dari Warta Ekonomi pada artikel "Ya Allah, Dokter & Perawat Menjerit Ketakutan Gara-Gara Pilkada! Gak Kuat....," dengan sindikasi konten dari Rakyat Merdeka.

Baca Juga: Kemendikbud Berikan Kuota Internet 20 Hingga 50 Giga per Bulan Bagi Peserta PJJ, Begini Caranya

Halaman:

Editor: Vina

Sumber: Warta Ekonomi Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x